Karya :Raissa Shabirah Siswi SMP Setia Negara Kelas 93
Berlindung dari hujan seperti ini. Mengingatkanku
pada seluruh hidupku, itu tidak lain adalah aku yang mencoba melarikan diri dari
kesepian dan rasa takutku. Sebagai anak SMA yang sangat pemalu dan sulit
bergaul, pindah sekolah adalah salah satu hal buruk yang harus kulalui.
Waktu begitu cepat, aku bersikeras untuk cepat
kembali ke rumah. Syukurlah hujannya sudah mereda. Karena aku sangat kikuk
ketika berada di keramaian, apalagi disekolah! Di sepanjang perjalanan aku
terus melamun tidak karuan.
Jalanan ini sedikit sekali yang melintasinya.
Bisa dibilang sangat sunyi. Suara sepeda motor seseorang yang menerjang
genangan air hujan di tengah jalan memecah kesunyian dan mengeluarkanku dari
lamunan. Benar saja. Itu Hyomin. Cowok yang banyak disukai kalangan perempuan.
Walaupun aku tidak memiliki teman setidaknya aku tahu nama-nama mereka, ya
walaupun sedikit yang mengingat namaku sih. Dia sangat manis dan juga imut. Ah,
sudahlah aku menepi saja, aku tidak ingin terlalu bersirobok.
Tepat di hadapanku, Hyomin memberhentikan
sepeda motornya. Tanpa aba-aba. Ia lalu membuka penutup kepalanya dengan kasar.
“Oy kacamata, jalanan ini sangat sepi,
naik gih.” Katanya sambil menunjuk ke sepeda motor yang berada dibelakangnya.
Dan juga, namaku bukan “Kacamata.” Hyomin
benar-benar tidak tahu namaku. Aku hanya bisa mengangguk pelan, dan membeku.
Sejak pertemuan pertamaku dengan Hyomin, aku jadi sangat bersemangat pergi
bersekolah.
....
Seperti biasanya, saat jam istirahat aku duduk
di sisi lapangan, menonton Hyomin yang asyik dengan bola basketnya. Menggiring
dan melemparnya ke arah ring, atau sesekali mengoper ke arah teman satu timnya.
Aku tengah ingin mengucapkan terima kasih atas tunggangan nya kemarin dan boneka
yang ia berikan. Tapi tiba-tiba aku lupa bagaimana caranya berinteraksi.
Perhatianku teralih kan ketika ada seorang
gadis yang menghampiri Hyomin. Seorang gadis yang memberikan minuman kaleng
pada Hyomin? Itu Yunhye! Yunhye adalah teman sekelasku kan?
Yunhye mempunyai wajah mungil, potongan rambut
nya membuat wajahnya jadi terlihat semakin imut. Kulit wajahnya terlihat cerah
tanpa polesan bedak yang tebal. Aku suka alis gadis itu, yang tebal dan rapi
tanpa pensil alis. Sayang, tubuhnya bisa dibilang terlalu pendek untuk berada
di sebelah Hyomin.
Yunhye memberikan sebuah minuman kaleng pada
Hyomin lalu mendekatkan wajahnya ke arah telinga Hyomin. Mereka terlihat sangat
akrab sekali! Apa dia sedang membicarakan tentang rumorku yang pulang bersama dengan
Hyomin kemarin? Eh, tapi, sepertinya bukan. Tidak mungkin, kan? Sial! Aku
penasaran, apa yang dia bisikkan kepada Hyomin. Mereka tidak berpacaran, kan?
Hm… kuharap tidak.
Bel istirahat selesai, pertanda jam pelajaran
akan dimulai kembali, masing-masing anak berjalan dengan kelompoknya. “Aku juga
mau jalan bareng temen begitu, ditengah lapangan, sambil liatin cowo ganteng.” Gumamku
dalam hati. Di tengah lamunanku sambil menatap ke arah gedung sekolah pencakar
langit.. “Boleh aku temani?” Suara yang lembut dan manis. Ah, dia! Yunhye, gadis
yang sering kulihat bersama Hyomin. Gadis yang kemarin membisikkan sesuatu ke
arah Hyomin sambil sesekali melihat ke arahku. Mau apa dia? Apa aku kabur saja
sekarang? Eh, kok kabur? Memangnya aku penjahat yang tertangkap? Tidak, aku
bukan penjahat. Kuharap, menunggangi sepeda motor bersama orang yang kita suka bukan
termasuk kejahatan. Toh, aku tidak merugikan siapa pun, kan? Aku hanya menerima
tawarannya. Itu saja.
“Aku Yunhye, Nakami Vilyee,” Katanya
memberitahuku. Aku hanya mengangguk. Mengamatinya dari atas hingga bawah.
Lazimnya, seseorang yang mengenalkan nama akan mengulurkan tangan mengajak
salaman. Gadis ini hanya tersenyum ke arahku.
“A… aku… Naoki, Naoki Hitoka,” kataku agak
terbata-bata.
“Ooh… anak baru yang ekskul model, ya?”
tanyanya dengan ceria. “Aku kayak jarang lihat kamu, sih, tampangmu kaya ga
cocok jadi model.” Lalu ia tertawa kecil. Aku mengangguk pelan. Rasanya ingin
buru-buru pergi. Tapi kok sepertinya tidak sopan, ya. Dasar cebol.
“Salam kenal. Kamu punya hobi baca ya?” Yunhye
masih menjadi juru bicara. Seperti tidak bisa membaca ekspresiku yang tidak
nyaman. “Ah, iya.” jawabku cepat. Berharap percakapan ini cepat berakhir.
“Wah! Aku juga! Pas banget nih, mau baca
bareng dirumahku nggak?” Matanya
berbinar.
“Oh, ya?” Aku bingung harus memberi tanggapan
bagaimana atau harus bicara apa lagi. Yunhye mengangguk sambil tertawa senang.
Dari mimik wajahnya kurasa dia tulus.
Akhirnya di sepertigaan jalanan aku dan Yunhye berpisah arah. Syukurlah dia tidak menanyakan hal aneh kepadaku. Tapi aku berhasil menemukan teman. Yunhye dan aku bertukar nomor, kami akan menjadi lebih dekat jika mengobrol di chatting. Aku harap esok dan sampai seterusnya aku akan terbiasa berinteraksi dengan Yunhye.
.....
Lho, rumah ini tidak dikunci? Ya sudahlah,
mungkin aku lupa menguncinya tadi pagi. Setibanya dirumah aku langsung
membaringkan tubuhku ke kasur. Memeluk boneka pemberian Hyomin. Sepertinya perutku
ingin cepat-cepat diberi asupan. “Apa boleh buat.” Kataku.
Dapurku ini pasti sangat kumuh berserakan
sampah. Karena aku sibuk belajar. Saat hendak pergi ke dapur, keajabain macam
apa ini? Tadi pagi seharusnya wastafel
ini penuh dengan piring kotor yang terlupakan untuk dicuci, tapi apa ini? Tidak
ada piring kotor, dan dapur ini jadi tampak sangat mengkilap.
Seharusnya aku tinggal disini sendirian, tidak
ada orang lain selain aku dirumah ini. Hm apa persediaan garam masih ada? garam
seharusnya ada di laci kan? Lho, aku tersontak kaget, kenapa ada banyak sekali
makanan hidangan? Ah! Pasti ibu yang
membuatkan nya kan? Ibu pasti datang kesini.
Kini keheningan menyelimuti, hanya ada suara
detak jantungku yang berdegup kencang dan suara jam dinding. Tanganku gemetar
membawa piring. Aku cepat-cepat bergegas mematikan lampu dapur dan pergi ke
meja makan, aku harap ibu disana. Tapi tidak ada.
Hihihi! Aku tidak ketahuan ngumpet di
kolong wastafel ini. Toh juga dapurnya gelap, Naoki tidak akan melihatnya,
karena Naoki adalah anak yang baik dan aku akan menjadi kaya ketika membawa
gadis ini kepada Dewa Anjing, seperti yang sepasang atma itu janjikan~
.....
Siapa orang asing yang ada di hadapanku ini?
Kenapa dia bisa ada disini? Langkahku pun terkunci, aku tidak bisa mengeluarkan
satu kalimat pun, aku hanya bisa menelan ludah. Itu sesosok pria yang tersenyum
menyeringai, Ia menatap ke arah ku lamat-lamat. “Naoki~.” Katanya sambil
berlagak aneh, apa dia keterbatasan atau apa?
“Dan juga, kau siapa?” Aku tak berani
bertatapan dengan nya. Aku mencoba bergerak sedikit saja ia langsung
berjaga-jaga agar aku tidak lolos! Aku gugup. Aku bisa merasakan air keringat
bercucuran disekujur tubuhku. Sungguh suasana yang menjengkelkan.
“Naoki~ Aku menemukan kunci rumahmu kemarin
dijalan.” Sambil memperlihatkan kuncinya kepadaku. Aku tidak tahan, dia sangat
bau amis. Mendengar perkataannya yang bisa kulakukan hanya menggertakan gigiku.
Siapapun tolong bawa aku pergi! “Ini rumah
kita, Naoki~ ayo duduk dan makan bersama.” Melihat penampilannya yang
compang-camping aku pikir ia memang orang yang keterbatasan dan tidak waras. Kami
makan bersama, pikiranku tidak karuan, aku ingin segera keluar dari rumah ini. Apakah
dia orang yang tersesat? Kuperhatikan ia seperti lebih tua dariku. Badannya
tinggi, mukanya seram, apalagi senyumannya.
Tidak bisa, aku tidak bisa fokus, aku ingin
pergi tidur dan terbangun dari mimpi buruk ini!
.....
Orang ini gila atau apa? Nasinya bahkan sudah
di kerumuni semut! Ia malah tersenyum tidak karuan dan menatap kearah
langit-langit. Aku harus cepat-cepat menelfon Ibu!
Ibu tidak bisa dihubungi, aku harus menghubungi
siapa? Yunhye? Hyomin? Yunhye? Oke, aku akan menghubungi Yunhye saja.
*Ruang Chatting*
YUNHYE.
“Yunhye, kau dimana?”
.....
Selang beberapa menit Yunhye menjawab pesanku.
“Ada
apa? Aku sedang di rumah bersama Hyomin~”
“Tolong aku.”
.....
Pesanku tidak dibaca ..
“Naoki~ mari beribadah, kita harus beribadah
pada Dewa Anjing,” Kata-katanya yang sulitku telaah itu apa maksudnya? Ini
kesempatan ku memanfaatkannya. “Baiklah.” Aku ingin semuanya ini selesai..
Aku dan orang tak waras itu, akhirnya pergi
meninggalkan rumah. Di tengah perjalanan ia terus menatapku lamat-lamat. aku
hanya tersenyum simpul, sebab aku hanya sebatas kasihan.
Sore ini pun, hawanya sangat dingin hujan
terus turun dari ketinggiannya tiada henti.
Setibanya di sana kami disambut oleh
orang-orang yang mengikuti aliran yang tidak jelas jentrungan nya. Pakaiannya
serba putih semua, dan di sana semuanya tersenyum menyeringai. Seram. Banyak
anjing dimana-mana. Oug! Oug!
Sesekali aku berteriak, “Jangan berteriak pada
Dewa Anjing.” Katanya orang asing itu. Aku sibuk mencari-cari waktu yang tepat
untuk melarikan diri dari tempat ini! Tapi anehnya, di sepanjang jalan
anjing-anjing itu tidak lagi menggonggong. Mereka semua tergeletak seperti
dihajar habis-habisan. Mataku tertuju pada suara yang gaduh gemuruh itu,
laki-laki dengan hoodie hitamnya. Itu..
“Hyomin!” Cepat-cepat ku berlari ke arah
Hyomin dan mengumpat di belakang tubuhnya. Sesekali melihat ke arah orang asing
itu, lagi-lagi ia bergelak tawa dengan senyumnya yang lebar dan ekspresinya
itu.. Apa maksudnya?
Ntahlah, kami dikelilingi oleh penduduk aliran
sesat! Mereka mempersempit jarak, dan membawa anjing-anjingnya sambil
menyeringai. Bala bantuan tak kunjung datang.
Jumlah anjingnya semakin banyak...
“Sekarang,” Hyomin menarik pergelangan
tanganku dengan kasar. Hosh-Hosh-Hosh, Suara nafas kami tersendat-sendat.
Syukurlah kami berhasil keluar. Kami berdua menepi pada sebuah daerah yang sunyi.
Bagaimana ini? Aku harus memulainya dari mana?
Hyomin membuka perbincangan dengan gelak
tawa.. “Yunhye sangat miskin hingga tidak ada uang untuk membayar biaya operasi
mata Ibunya sampai harus mengikuti aliran sesatku, konyol banget kan?” Hyomin
tertawa kecil.
Apa maksud..
“Jadi aku bilangin ke kamu ini berbahaya buat
kamu terlibat denganku.. Sebenarnya aku adalah saudara dari Geldark,
Sang Dewa Neraka. Lupain, cuma boongan. Karena itulah aku dapat melihatmu lewat
boneka yang kuberikan, Kau imut banget. Sebenarnya aku dan Yunhye sudah
merencanakan ini dari jauh hari. Dan sepertinya kau akan berakhir di sini,
Naoki.” Hyomin tersenyum menyeringai.
Entah mengapa pura-pura menjadi gila sangat
melegakan. Parah banget ya aku! Hahaha! Kebahagiaan seseorang datang dari
kesialan orang lain kau tahu?
Pandanganku buram. Apa aku pingsan? Apa aku
sudah melakukan yang terbaik? Aku selalu menghadapi segalanya tanpa
menghindarinya, itulah sebabnya kupikir orang-orang di sekitarku mengetahui
ketulusanku dan mendekatiku. Kini semuanya tampak jelas. Dunia tempat kita
hidup adalah dunia di mana yang kuat memakan yang lemah tanpa ragu sedikit pun.
Aku
tidak bisa melihat apa-apa, kepalaku sangat pusing.
.
.
.
Aku bisa merasakan udara hangat, apa ini?
Rumah Sakit.. Aku masih hidup? Bokongku terasa hangat, aku membalikkan badan
ternyata itu Ibu.. aku memeluknya erat-erat tidak akan kulepaskan. Ibu
menceritakan bahwa aku tak kunjung bisa dihubungi akhirnya ibu melacak lokasiku
dan menelepon polisi pada lokasi kejadian tersebut. Polisi berhasil menangkap Hyomin,
Yunhye dan para pasukan aliran sesat itu.
Ibu Yunhye kini bisa melihat karena semua
biaya operasi mata di tanggung oleh Ibuku. Dan kini tiba hari kelulusan sekolah,
masa lalu bagiku tidak lain hanyalah lembar
halaman yang telah lama kubalik, sekarang aku, tidak, sekarang masing-masing
kami mempunyai mimpi yang ingin dicapai.
-