Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud, 2023), "seragam dan atribut sekolah adalah identitas yang melekat pada siswa, sehingga perilaku di luar sekolah tetap mencerminkan nama baik lembaga pendidikan."
Rasa kecewa yang muncul di kalangan anak-anak adalah hal yang wajar. Mereka merasa kebersamaan yang diharapkan tidak terwujud. Namun, dari sinilah pembelajaran reflektif bisa lahir. Sebagai solusi, kegiatan sederhana namun bermakna ditawarkan: anak-anak membawa bekal dari rumah untuk makan bersama di sekolah. Pilihan ini bukan hanya sebagai “pengganti hangout”, tetapi juga memiliki nilai edukasi, kesehatan, dan sosial yang tinggi.
Menurut Andreas Rio Pamungkas, S.Pd., "pendidikan sejati bukan hanya mengajarkan teori di kelas, melainkan juga membimbing anak menghadapi kenyataan sehari-hari. Melalui pengalaman ini, anak-anak belajar bahwa setiap keterbatasan bisa melahirkan kreativitas, dan setiap kekecewaan bisa berubah menjadi kebersamaan yang lebih bermakna."
Dari pengalaman sederhana ini, anak-anak mendapat pelajaran penting: tidak semua kekecewaan harus berakhir dengan kesedihan. Justru, di balik keterbatasan selalu ada ruang untuk menciptakan alternatif yang lebih bermanfaat. Melalui kebiasaan membawa bekal dan makan bersama, anak-anak tidak hanya belajar menjaga kesehatan dan solidaritas, tetapi juga memahami nilai tanggung jawab, kedisiplinan, serta kemampuan mencari solusi dari setiap masalah.
Dengan demikian, dari sebuah kekecewaan kecil, lahir pendidikan karakter yang lebih besar. Inilah esensi pendidikan: bukan hanya mengajar di kelas, tetapi juga mengajarkan bagaimana mengubah pengalaman sehari-hari menjadi pembelajaran hidup yang berharga.